windi wahyuni BLOG
Full Soul Expressions.
Selasa, 26 Maret 2013
Senin, 08 Agustus 2011
Penantian, Sang nirwana, Bisikan janji-janji dan Surga
Taburan rindu dari seorang penanti yang tak pernah dikunjungi sang
nirwana, kini telah jadi sepenggal cerita yang tak mampu ku hapus dalam
ingatan. Hanya jani-janji bisikan dari sang nirwana yang selalu
menguatkan cerita hidup dikala hitamnya kehidupan siap menjemput akal
fikiran yang sebenarnya. Ribuan burung, seakan siap untuk tertawa
terbahak-bahak jika diri ini menjalankan fikiran yang tak sebenarnya. Ku
tundukan pandangan, tersirat, bunga-bungan pun menangis dibawah
teriknya matahari.
Kini hanya tinggal penantian dan janji-janji bisikan yang masih hidup. Diri ini t’lah lama merasakan tak bernyawa. Entah apa yang harus kulakukan untuk membunuh jiwa yang tak bernyawa ini. Rapuhnya jiwa ini tak pernah ku inginkan. Rapuhnya niwa tak mampu mengembalikan semuanya. Ku s’lalu memohon pada Sang Illahi. Ku selalu bertanya pada-NYA akankah janji-janji bisikan yang dijanjikan oleh sang nirwana hidup dalam sucinya cinta? Seberapapun tetesan air mata yang kujatuhkan di sujud kesucianku, ku ingin Sang Illahi membayarnya dengan kehidupan sang nirwana nyata kembali untuk menghiasi hidupku dan merasakan janji-janji yang telah dibisikannya sebagai sempurna jalan hidupku ini.
Ku relakan kepergian sang nirwana meskipun menyimpan hancurnya cerita di hati.
Selamat jalan sang nirwana, engkau akan selalu menjadi cahaya penerangnya gelap hati. Bisikan janji-janjimu akan menjadi dawai pengiring jalan hidup yang akan kau bisikan lewat desahan angin yang siap mengntarkan dirku kedalam sempurnanya hidup. Dan telah kutuliskan cerita tentangmu ketika uraian air mata membasahi kedua telapak tanganku yang mengingatkan ku untuk menuliskan
Air mataku pergi mengantar kepergianmu, sesungguhnya aku tak percaya engkau tinggalkan aku sendiri.Berakhir sudah cinta yang t’lah lama kita bina. Semuanya hanya tinggal cerita yang terukir indah di hatiku. Perasaan ini takkan pernah mati, walau sampai akhir nanti kau selalu di hati. Perasaan ini akan selalu ada meski kau telah tiada. Tunggu aku di Surga.
Kini hanya tinggal penantian dan janji-janji bisikan yang masih hidup. Diri ini t’lah lama merasakan tak bernyawa. Entah apa yang harus kulakukan untuk membunuh jiwa yang tak bernyawa ini. Rapuhnya jiwa ini tak pernah ku inginkan. Rapuhnya niwa tak mampu mengembalikan semuanya. Ku s’lalu memohon pada Sang Illahi. Ku selalu bertanya pada-NYA akankah janji-janji bisikan yang dijanjikan oleh sang nirwana hidup dalam sucinya cinta? Seberapapun tetesan air mata yang kujatuhkan di sujud kesucianku, ku ingin Sang Illahi membayarnya dengan kehidupan sang nirwana nyata kembali untuk menghiasi hidupku dan merasakan janji-janji yang telah dibisikannya sebagai sempurna jalan hidupku ini.
Ku relakan kepergian sang nirwana meskipun menyimpan hancurnya cerita di hati.
Selamat jalan sang nirwana, engkau akan selalu menjadi cahaya penerangnya gelap hati. Bisikan janji-janjimu akan menjadi dawai pengiring jalan hidup yang akan kau bisikan lewat desahan angin yang siap mengntarkan dirku kedalam sempurnanya hidup. Dan telah kutuliskan cerita tentangmu ketika uraian air mata membasahi kedua telapak tanganku yang mengingatkan ku untuk menuliskan
Air mataku pergi mengantar kepergianmu, sesungguhnya aku tak percaya engkau tinggalkan aku sendiri.Berakhir sudah cinta yang t’lah lama kita bina. Semuanya hanya tinggal cerita yang terukir indah di hatiku. Perasaan ini takkan pernah mati, walau sampai akhir nanti kau selalu di hati. Perasaan ini akan selalu ada meski kau telah tiada. Tunggu aku di Surga.
Kamis, 21 Juli 2011
IBU
Ibu,
Tangismu adalah segalanya
untukmu, untuk diriku.
Cucuran air mata
mu adalah tumpahan kasih
sayangmu untuk diri ku.
Sedihmu adalah
kecemasan batinmu karena dan untuk
diri ku.
Amarahmu adalah
rasa perhatianmu untuk diriku.
Langkah hidupmu tak pernah tak tertuju untuk diriku.
Langkah hidupmu tak pernah tak tertuju untuk diriku.
Tindak prilakumu
wujud cinta kepada diriku.
Permintaan do’a
mu selalu ada untuk diriku.
Lontaran
ucapanmu selalu nyata di hidupku.
Oh ibu….,
Begitu agung nya dirimu untuk diriku
Oh ibu….,
Begitu agung nya dirimu untuk diriku
Begitu indahnya
namamu untuk diriku
Begitu besar
nyatamu untuk diriku
Oh ibu….,
Begitu besarnya jiwamu
mempertaruhkan
hidupmu untuk hidup diriku.
Dimana engkau
ada engkau selalu ucap “untuk diriku”
I LOVE IBU.
I LOVE IBU.
TINDAKANKU
Tuhanku,
Ku hancurkan Fikiranku,
tanpa seribu tindakan.
Ku robohkan rasaku,
dengan satu tindakan.
Ku leburkan keinginanku,
dengan dua tindakan.
Ku padamkan hasratku,
dengan tiga tindakan.
Ku musnahkan jiwaku,
dengan empat tindakan.
Ku hitamkan bayanganku,
dengan lima tindakan.
Ku kelamkan kehidupanku,
dengan enam tindakan.
Tuhanku,
T’lah kusucikan Diriku,
Dan seluruh Jiwaku.
PERMAINAN DUNIA FANA
Ku terpaku di
dunia fana ini
Ku terjebak
dalam permainannya
Hingar bingar dari
pengisinya memberi Aku kepuasan
Yang telah
kusadari hanya semata.
Oh Tuhan,
Aku t’lah
melupakan-Mu
dan semua
suruhan-Mu
berikut pengikut
suci dari Nya.
Tapi, mengapa
Engkau tidak melupakan Aku?
Oh Tuhan,
Aku t’lah
terlena atas permainan dunia fana ini.
Mungkin t’lah
setengahnya ku mainkan.
Begitu gelapnya,
sedikitpun diri
ini tidak ingat akan ketentuan-Mu.
Oh Tuhan,
Untuk itu.
Aku ingin lari.
Menjauh dari
permainan di yang Fana ini
dimana
disetengah permainan ini,
Aku ingin
mengisinya dengan menjalankan suruhan-Mu
supaya Engkau
tidak memurkaiku.
Tuhanku,
Hidayah dan
Safa’at –Mu telah ku raih.
IZINKAN ASMA-MU TETAP DI HATI
Jiwa menangis,
menghadap Engkau,
Maafkanlah Aku Tuhan.
Demi nyawa “
Surga Dunia “
Aku relakan
lenyap dipelukannya.
Hanya bakti ini yang
bisa kuberi
Walaupun penuh
dosa,
Murka-Mu akan
menghampiri
T’lah Ku ketahui
itu.
Tapi, janganlah
Engkau terus marah pada ku.
Janganlah Engkau
matikan Jiwa Raga ini
Sebelum “ Surga
Dunia “ ku, Ku bahagiakan.
Ku relakan
seribu Azab-Mu melalap tubuh ini.
Ku relakan itu.
Ku siagakan itu.
Namun, Izinkan
Asma-Mu tetap di Hati.
HANYA AL-QURAN dan ISLAM
Ya Rabb,
Di bawah Mihrab-Mu,
Apa yang bisa ku banggakan?
Kesempurnaan
hati?
Tidak sama
sekali.
Iman ku tak
setinggi Iblis.
Islam ku tak
sesempurna Muhammad
Ilmu ku tak
sepadan Laki-Laki Pilihan-Mu.
Ikhlas ku tak
setulus Ibrahim.
Waktu,
Ruang,
Kitab, Agama,
Tak ku sempurnakan di bumi ini.
Aku berlayar ke
Tempat-Mu,
Tak sejengkal
pun ku temukan rambu-rambu kehidupan-Mu.
Ku berjalan
sepanjang jalan,
Berharap Engkau
menunggu di persinggahan
Yang hanya bisa
dilewati dengan berjalan,
Tapi tak
sedikitpun
Aku cium
harum-Mu
Hanya
sebatang panah
patah
Itu pun
berserakan di kegelapan.
Ku temukan
memancarkan cahaya,
Namun harus ku
susun
Tulisan panah
petunjuk itu.
Tuhan,
“Kitab?”
“Agama?”
Apa tulisan itu,
Tuhan?
Aku tak bisa membacanya,
Tuhan.
Aku meringis.
Tuhan,
Ketika cahaya
itu masuk kedalam mata,
Aku terbangun.
Ku menyadari
Ilmu t’lah ku
dapatkan
Hanya Al-Qur’an
dan Islam-lah
Yang mampu
mengantarkan Aku selamat ke Tempat-Mu.
Ke Ikhlasan dan
ke Imanan yang sempurna
Dapat menjawab
waktu dan ruang itu.
Kini,
kesempurnaan hati t’lah menempati ruangan itu.
Langganan:
Postingan (Atom)